Sepasang suami istri setengah baya sedang memperbincangkan Lambang
Lingga dan Yoni. Mereka pernah masuk Candi sukuh dan menemukan beberapa
lambang ini. Buku-buku karya Bapak Anand Krishna “Jalan Kesempurnaan
melalui Kamasutra” dan “Sexual Quotient, Melampaui Kamasutra Memasuki
Tantra”, dijadikan sebagai referensi.
Sang Suami: Manusia bisa disebut “homo simbolicus”,
makhluk pengguna simbol-simbol sebagai alat untuk menggambarkan
fenomena-fenomena abstrak maupun nyata. Simbol-simbol tersebut ada yang
dapat digunakan sebagai alat peningkat kesadaran manusia. Di antara
simbol peningkat kesadaran, Lingga digunakan sebagai simbol dari Energi
Maskulin, “Yang”, Pria dan Yoni dipakai sebagai simbol dari Energi
Femin, “Yin”, Wanita. Lingga dan Yoni adalah jalur energi Ilahi di tubuh
manusia dan di alam semesta….. Penyatuan Lingga dan Yoni melahirkan
sesuatu yang baru, yaitu penciptaan. Perpaduan lingga dan yoni tersebut
melambangkan penciptaan dunia dan kesuburan. Tanpa penyatuan tak ada
generasi lanjutan…… Tugu adalah simbol dari Lingga, sedang Yoni sering
diwujudkan sebagai Gapura. Tugu Monas juga melambangkan Lingga dan Yoni
yang diletakkan di tengah taman di depan istana negara. Simbol Bintang
Daud yang juga merupakan simbol Tantra berwujud bintang segi enam atau
dua buah segitiga. Segitiga di bawah yang sisinya membuka ke atas adalah
simbol wanita. Sedangkan simbol segitiga di atas yang sisinya membuka
ke bawah adalah simbol pria. Simbol tersebut merupakan penyatuan juga.
Sang Istri: Bagi masyarakat Yogyakarta, Laut Selatan
dianggap sebagai lambang Yoni dan Gunung Merapi di Utara sebagai
lambang Lingga. Panggung Krapyak Selatan sebagai Yoni, Tugu Utara
sebagai Lingga. Bahkan ada yang menyebut Monumen Yogya Kembali sebagai
tumpeng raksasa. Gunung Merapi – Monumen Yogya Kembali – Tugu – Kraton –
Panggung Krapyak – Laut Selatan, yang merupakan “Garis Lurus Imajiner”
sampai sekarang masih dihormati masyarakat Yogyakarta. Dan menurut
kepercayaan, bersatunya Lingga dan Yoni di Kraton akan menimbulkan
kemakmuran bagi Yogyakarta…. Di depan Kraton Kanoman, Cirebon juga
terdapat lambang Yoni dan Lingga. “Lumpang” sebagai simbol Yoni dan “Alu
Besar” sebagai Lingga….. Di desa-desa alat penumbuk padi zaman dulu
berwujud “lesung dan alu” juga merupakan simbol Yoni dan Lingga. Padi
yang ditumbuk diharapkan membuat makmur dan sejahtera. Simbol Lingga dan
Yoni mudah dipahami oleh semua manusia. Dipahami semua manusia yang
telah terprogram oleh kepercayaan yang berbeda. Karena simbol Lingga dan
Yoni bersifat mendasar, polos dan sederhana.
Sang Suami: Ada pandangan yang mengungkapkan bahwa
arca Ganesha menggambarkan misteri penyatuan alam semesta secara tantra.
Makhluk yang perkasa ini melambangkan kedashyatan energi penyatuan alam
semesta. Belalainya melambangkan keperkasaan sebuah lingga dan mulutnya
yang lebar melambangkan yoni, perpaduan antara purusha dan prakriti,
pria dan wanita. Ganesha sebagai lambang spiritual, pengetahuan
kesadaran dan penyatuan adalah hasil sinergi dari Tri-murti dan
Tri-shakti. Yaitu pasangan kekuatan Brahma-Saraswati, Shiwa-Kali dan
Wishnu-Lakshmi. Brahma-Saraswati melambangkan kekuatan alam penciptaan.
Shiwa-Kali melambangkan kekuatan alam pendaur ulangan. Wishnu-Lakshmi
melambangkan kekuatan alam pelindung dan pemelihara kehidupan. Doa
Ganesha selalu dilakukan di awal sebagai doa pembukaan.
Sang Istri: Para Leluhur beranggapan “Bahwa segala
sesuatu ada awal-nya”. Pengajaran ini divisualisasikan dalam Relief
Pertemuan Lingga dan Yoni di Candi Sukuh yang saling berhadapan pada
lantai gerbang utama. Relief Pertemuan Lingga dan Yoni tersebut juga
merupakan “candra sangkala” yang berbunyi : “ Wiwara Winirasa Hanahut
Jalu “ secara harafiah berarti “lobang kenikmatan menggigit
kejantananan” yang bermakna angka tahun 1359 Tahun Saka. Atau tahun
1437 Masehi, tahun penanda diawalinya pembangunan candi di sana.
Sang Suami: Penyatuan atau sanggama menggambarkan
proses hubungan timbal balik dan keharmonisan yang terjadi di alam
semesta. Sanggama bukan hanya dalam hubungan fisik, tetapi juga
interaksi keseharian dengan objek di sekitarnya. Kesempurnaan akan
tercapai apabila interaksi tersebut berada dalam irama keharmonisan.
Kegiatan “sanggama dengan alam” dapat dilihat dalam keseharian hubungan
sosial antar individu, dan persembahan hubungan spiritual antara atma
dengan Brahman, antara jiwa dengan Tuhan.
Sang Istri: Penyatuan adalah intisari kehidupan
keilahian yang diwariskan dari masa ke masa, dari mahluk ke makhluk,
dari fauna ke fauna, dan dari flora ke flora. Adalah anugerah alam yang
menakjubkan, yang luar biasa. Penyatuan berasal dari alam semesta.
Proses regenerasi menunjang alam semesta. Alam menambahkannya dengan
gairah, nafsu dan makna-makna rahasia yang sering disalah gunakan oleh
manusia yang tidak dapat memahaminya. Karena pikirannya yang telah
terpola oleh program kepercayaan yang berlangsung sejak masa balita.
Sang Suami: Ahli Ilmu Jiwa, Sigmund Freud mempunyai
kajian perkembangan psikologi seksual pada manusia. Insting seksual
seorang anak telah tampak sejak awal masa kehidupannya, seperti naluri
mengisap Air Susu Ibu dan juga mengisap jarinya. Anak-anak cenderung
bersifat autoerotik, yaitu memuaskan dirinya dengan menggunakan bagian
tubuhnya, seperti dengan mengisap ibu jari atau menyentuh organ
genitalnya. Demikian adalah hal yang wajar dalam perkembangan kehidupan
manusia.
Sang Istri: Suamiku, mari kita mengkaji dengan
buku-buku Bapak Anand Krishna. “Kama” atau Nafsu adalah “an integral
part of life”, bagian yang tak terpisahkan dari hidup manusia. Dan,
“Sutra” atau pedoman suci yang berkaitan dengannya. Kama semestinya
keinginan kuat, keinginan tunggal, untuk menemukan Jati Diri. Sementara
ini, keinginan kita masih bercabang, terdorong oleh hawa nafsu, kita
menginginkan kenyamanan duniawi, kepentingan pribadi. Pelan-pelan, tanpa
memaksa, kita harus mengarahkan keinginan ini kepada diri sendiri. Dari
sekian banyak keinginan, kita menjadikannya satu keinginan untuk
Menemukan Jati Diri.
Sang Suami: Bila kita memahami Kama sebagai
keinginan, maka energi seks adalah sarana untuk mewujudkan keinginan
itu. … Energi seks yang sesungguhnya adalah Energi Dasar di dalam diri
kita, merupakan sarana untuk mewujudkan hal itu. Bila “kenikmatan”
dipahami sebagai tujuan Kama, maka tentunya kenikmatan yang kita
inginkan bukanlah kenikmatan sesaat saja. Kita sudah pasti menginginkan
kenikmatan yang tidak semu yang dapat bertahan selamanya. Dan, kata lain
bagi kenikmatan semacam ini adalah Kebahagiaan. Kebahagiaan yang
langgeng, kekal, abadi, bebas dari segala macam persyaratan. Kebahagiaan
yang membebaskan.
Sang Istri: Energi di dalam diri, yang selama kita
“merasa”, kita “memikir” bahwa diri kita terpisah dari alam sekitar
kita, adalah energi seks, “Sexual Energy”. Energi di dalam diri jika
kita “merasa”, kita “memikir” bahwa diri kita adalah bagian yang tak
terpisahkan dari alam sekitar kita, dari Lautan Energi di sekeliling
kita, itulah Kundalini, Potential Energy”. Pikiran kita, perasaan kita
dapat mengubah energi seks menjadi Kundalini, sehingga kita dapat
mengembangkan potensi diri. Sebab itu, Proses atau Tantra, cara mengubah
pikiran serta perasaan ini pun sesungguhnya menggunakan pikiran dan
perasaan sendiri. Gunakan pikiran, mind dengan penuh kesadaran untuk
mengubah cara pandang yang lama, yang keliru. … Tantra adalah sebuah
eksperimen dengan mind, dengan pikiran, demikian penjelasan bapak Anand
Krishna seperti tersebut dalam buku. Bila ingin merasakan Kehadiran Yang
Maha Hadir, Maha Hidup, dan Maha Ada – maka belajarlah untuk
menghormati segala sesuatu di sekitarmu. Benda-benda yang selama ini
dianggap mati, sesungguhnya tidak mati, semuanya hidup hanya cara
pandang lama kita yang keliru.
Sang Suami: Vatsyayana mengajak kita untuk mengurusi
dulu nafsu birahi. Karena Ilahi tidak dapat dirasakan kehadiran-Nya,
selama kita masih terkendali oleh birahi. Birahi menyeret kesadaran kita
ke bawah, sedangkan Ilahi membutuhkan kesadaran kita berada di tempat
tinggi. Tetapi juga tidak berhenti di ketinggian itu saja. Dari
ketinggian tersebut, kesadaran kita meluas, meliputi segalanya… termasuk
birahi yang kemudian menjelma sebagai birahi yang ditujukan kepada
Ilahi. Tantra merupakan suatu revolusi dalam bidang spiritual bagi
manusia. Tantra berarti latihan, eksperimen atau cara. Bereksperimen
dengan energi yang berada dalam diri kita sendiri, yang selama ini kita
sebut energi seks, untuk meningkatkan kesadaran kita. Itulah tujuan
Tantra. Para pemuka agama cenderung memisahkan yang duniawi dan rohani.
Walaupun kadang-kadang tidak secara eksplisit, tidak dengan terbuka,
tetapi secara implisit, hal-hal yang bersifat duniawi dipisahkan dari
hal-hal yang dianggap bersifat rohani. Itulah sebabnya, selama
bertahun-tahun pembicaraan tentang seks dianggap tabu. Para pendidik
agama yang seharusnya juga berfungsi sebagai pendidik dalam bidang seks,
tidak pernah bicara tentang hal itu.
Sang Istri: Menurut ajaran-ajaran Tantra, kita tidak
usah melepaskan yang duniawi untuk mencapai kesadaran rohani. Yang
duniawi dan rohani bisa jalan bersama, dunia merupakan anak tangga yang
dapat mengantar ke puncak kesadaran rohani. Bagaimana kita dapat
meninggalkan dunia ini? Seorang yang dapat mencapai kesadaran spiritual
adalah seorang yang sudah puas dengan segala sesuatu yang bersifat
duniawi. Kalau belum puas, kalau masih ada obsesi terhadap benda-benda
duniawi, kita tidak akan berhasil meningkatkan kesadaran diri.
Sang Suami: Seks mengawali kehidupan manusia. Seks
merupakan sesuatu yang paling mendasar dalam kehidupan kita. Hubungan
seks antara kedua orang tua melahirkan kita. Kesadaran seks berpusat
pada bagian tubuh di bawah pusar manusia. Di atas pusar, sekitar
jantung, di dada merupakan pusat kesadaran cinta. Cinta berkembang di
dada. Emosi mulai bergejolak di sana. Kita harus meningkatkan kesadaran
dari bawah pusar ke atas pusar manusia. Selama kesadaran masih di bawah
pusar, kita belum dapat mengenal cinta. Yang kita kenal selama ini,
hanyalah napsu birahi saja. Paling atas, sekitar kepala, merupakan
bersemayamnya Kasih, demikianlah tingkatan kesadaran setiap manusia.
Tingkat awal adalah seks, tengah adalah cinta dan atas adalah kasih.
Passion, love, and compassion. Pembagian yang dilakukan Bapak Anand
Krishna ini berdasarkan pusat-pusat energi yang mempengaruhi kehidupan
kita sehari-hari. Ini disebut cakra, lingkaran-lingkaran energi.
Sentra-sentra energi yang berada di sekitar pusar, dada dan kepala
merupakan sentra-sentra energi penting sekali, yang dapat meningkatkan
kesadaran diri.
Sang Istri: Napsu atau passion hendaknya tidak
selalu dikaitkan dengan seksual saja. Obsesi dengan harta atau
kekayaan, dengan nama atau ketenaran dan dengan jabatan atau kedudukan
semuanya adalah passion, napsu juga. Semuanya ini terjadi apabila kita
belum mengalami peningkatan kesadaran. Mereka yang terobsesi oleh seks,
oleh harta, oleh nama, oleh jabatan tidak akan mengalami cinta dalam
kehidupan. Mereka belum tahu cinta itu apa. Kasih atau compassion adalah
birahi terhadap alam semesta. Bila napsu seseorang dapat ditingkatkan
menjadi birahi terhadap alam semesta, dia adalah seorang pengasih.
Compassion berarti passion terhadap alam semesta, terhadap Tuhan,
terhadap yang abstrak, Yang Tak dapat dijelaskan. Apabila seseorang
mengasihi setiap makhluk, segala sesutau yang ada dalam alam ini,
apabila dia mengasihi alam semesta ini, dia adalah seorang “Yang
Terjaga”. Lingga dan Yoni bukan hanya sebuah lambang tetapi pelajaran
spiritual yang sangat berharga.
Terima Kasih Guru. Jaya Guru Dewa.
Situs artikel terkait
http://www.anandkrishna.org/oneearthmedia/ind/
http://triwidodo.wordpress.com
http://id-id.facebook.com/triwidodo.djokorahardjo
source : http://triwidodo.wordpress.com/2010/06/28/renungan-tentang-lambang-lingga-dan-yoni-di-candi-sukuh-pendayagunaan-energi-alam-semesta-bagi-peningkatan-kesadaran-manusia/