Selasa, 16 Oktober 2012

Sisi “Dalam” Anak Kita

Anak kita? 
Kata seorang penyair Lebanon, Khalil Gibran yang menyatakan : “anakmu bukanlah anakmu.” Anakmu, kata Gibran, adalah “anak zamannya.” Kata “anakmu” merupakan bentuk klaim yang dibenarkan, jika itu berada dalam lingkup genetis dan biologis. Eksistensi dan kepribadiannya?? Adalah suatu persoalan lain, yang harus kita ketahui secara persis bagaimana sesungguhnya ia “berada”. Anak-anak kitapun memiliki apa yang dapat kita sebut sebagai “sisi dalam, “atau apa yang sering disebut sebagai inner self. Tanpa pengetahuan yang pasti tentang siapa sesungguhnya diri manusia ini, maka hubungan tindakan-tindakan, penyikapan dan perlakuan kepadanya pasti berakhir dengan kegagalan. Karena sisi dalam manusia adalah Manusia itu sendiri, sementara sisi luarnya merupakan wadah atau tubuh belaka. Khalil Gibran, yang menyatakan bahwa “anakmu adalah anak zamannya,” tentu saja sikap kita terhadap anak menjadi permissive dan tanpa kendali. Membiarkannya berkembang sesuai dengan kecenderungan zaman yang ada tidaklah tepat. Sebuah zaman mungkin saja sangat tepat bagi orang dewasa, tetapi bagi anak-anak tidaklah selalu sama. Arab ibartanya adalah pedang atau pisau, ia bias berguna bagi orang dewasa tetapi sekaligus mencederai anak-anak yang secara psikologis tak mampu menggunakannya. Betapa banyaknya korban.

Mengapa anak bisa diumpamakan sebagai tanaman?
Dini ke dalam jebakan-jebakan narkotika, alkoholisme, pornografi, kriminalitas dan sebagainya, karena orang tuanyamembiarkan anak-anaknya tanpa bimbingan yang berarti. Hal ini terjadi pada masyarakat di Negara-negara Barat, terutama Amerika Serikat disebabkan karena negeri Paman Sam itu memuja kebebasan. Suatu pergulatan hidup pada usia dini mungkin memberikan pengalaman yang berharga bagi masa depan seseorang. Tetapi sedikitnya orang yang mampu sadar kembali dari keterpurukannya atas kebodohan dan kedzaliman. Hal ini demikian karena sifat untuk mengetahui dan menyadari sesuatu itu berbeda dengan naluri biologis.  Kita dan masyarakat yang hidup di zaman keluarga berencana (KB), dengan deprivasi pemerintah yang begitu kuat untuk membentuk keluarga kecil, sudah barang tentu terbebani dengan berbagai asumsi dan prasangka tentang anak, misalnya; lebih baik memiliki anak sedikit tidak terawatt dengan baik.  Sikap pembiaran seperti ini, secara tepat, bias disebut sebagai sikap orang tua yang tidak bertanggung jawab kepada anak-anaknya. John Locke- kecenderungan kita mendidik anak menjadi sangat otoriter karena anggapan seolah-olah anak kita adalah suatu “gelas kosong”. Banyak orang tua yang terperdaya oleh pendapat seperti ini. Tidak sedikit orang tua yang mendidik anaknya, agar di kemudian hari mendapatkan pekerjaan. Mendidik anak sekedar untuk mendapatkan pekerjaan adalah sesuatu yang absurd. Sikap-sikap orang tua yang demikian sesungguhnya adalah cermin dari ketidak-tahuan tentang “sisi dalam” anaknya sendiri. Seperti itu seolah-olah tidak mengakui keberadaan Allah Yang memberi rezki.petugas kesehatan, terlihat “bermuka masam” ketika menerima klien yang memiliki banyak anak dan masih berusia muda. Pandangan-pandangan dan kampanye seperti ini sesungguhnya menyesatkan, dan tidak dapat dipertanggungjawabkan secara intelektual. Anak-anak menjadi terdidik dan cerdas, hal itu sangat tergantung pada pendidikan orang tuanya dan bukan berapa jumlah anak itu sendiri. Abraham Maslow yang terkenal dengan andragogienya. Manusia, jelas memiliki sifat-sifat bawaan atau fitrah yang jelas dan pasti. Manusia jauh melampaui “pola pertumbuhan atau perkembangan” makhluk-makhluk lain. Aspek jasadi, perbedaan-perbedaan itu barangkali tidak jauh. Tetapi dalam aspek ruhani dan spiritual, perbedaan itu sangat mencolok. Secara ruhani, spiritual dan intelektual manusia tidak saja berbda dengan makhluk lain, bahkan antar sesame manusia. Bagaikan tanaman yang akan menghasilkan buah lebat di masa mendatang, tentu kita akan memiliki semangat dan optimism. Sehingga bersungguh-sungguh dalam mendidik, mencari rezki dan menjaganya dari hal-hal yang mengancam perkembangannya. Bahkan menjadi sumber inspirasi dan lahirnya karya-karya yang bermanfaat, yang ujung-ujungnya juga melimpahnya rezki yang barokah.
Perlu diketahui jumlah anak yang banyak atau keluarga besar, proses pendidikan sesungguhnya terjadi lebih intensif karena antar mereka sendiri dan memiliki kematangan emosional dan intelektual yang lebih tinggi. Tidak heran bila, jika ada seorang ayah dengan banyak anak yang berhasil semua daripada anak sedikit, satu atau dua tetapi gagal.” Seorang manusia karena kelalaian dan kebodohannya bias terjerembab bagaikan sampah. Sementara orang lain,  karena kesucian dan kecerdasannya, dihormati bagaikan malaikat. Karena pertumbuhan dan perkembangan ruhani serta kecerdasan sesungguhnya tidak bersifat alamiah, tetapi harus dilakukan dengan upaya yang sadar dan dilandasi dengan pengetahuan tentang eksistensi manusia yang benar juga. Merujuk kepada Al-Qur’an secara mengikuti pandangan Al-Khaliq, yang menciptakan manusis, memiliki otoritas tertinggi untuk menyatakan siapakah sesungguhnya manusia itu.  Apa yang lebih penting dari itu semua adalah substansi anak kita itu sendiri, yang memiliki visi dan misi primordial sebagaimana ditegaskan Allah SWT dalam Al-Qur’an yakni tugas pokok manusia di bumi, yang merupakan “realisasi” atau “aktualisasi” dari prinsip tawhid itu sendiri, suatu landasan eksistensial manusia. Dalam mewujudkan misi manusia di bumi ini Allah yang memberikan kecerdasan (yang khas manusiawi) dan sikap hidup yang bebas. Dan mencerdaskan anak-anak kita dan berkembang berdasar fitrahnya dan memainkan tugas utamanya sebagai manusia. Kesaksian atau syahadah inilah yang menjadi landasan eksistensial manusia. Robindranath Tagore berkata :
    Bayi mengetahui bermacam-macam kata arif, meskipun segelintir orang di muka bumi ini yang mengetahui maknanya.
Bukan tanpa sebab ia tak ingin bicara.
Satu-satunya yang diinginkan adalah mempelajari kata-kata dari bibir ibunya. Karena itulah ia memandang dengan  begitu lugunya.

Seluruh umat manusia  yang hidup di dunia ini secara azali memiliki prinsip tawhid. jika meninggalkan prinsip tawhid ini, sesungguhnya mereka telah melenyapkan landasan eksistensial bagi dirinya sendiri. Lalu apakah tugas utama manusia hidup di dunia ini? Ragman jawaban yang diberikan oleh filsafat, idiologi maupun aliran-aliran kepercayaan yang dikenal di dunia ini. Memberikan jawaban-jawaban itu terkesan meraba-raba atau berbentuk prasangka, karena berasal dari ketidak mengertian atau pengatahuan manusiawi yang sangat terbatas. Sedangkan menurut Al-Qur’an, memiliki tugas utama yakni menjadi ‘abid (senantiasa beribadah kepada-Nya) dan sekaligus menjadi khalifah-Nya. Bahwa inti tugas manusia di muka bumi adalah “realisasi” atau “aktualisasi” dari prinsip tawhid itu sendiri yang merupakan landasan eksistensial manusia. Dalam mewujudkan misi manusia di bumi ini Allah juga memberikan kecerdasan (yang khas manusiawi) dan sikap hidup yang bebas. Apa ada yang penting dalam proses pencerdasan anak-anak kita adalah, agar mereka dapat berkembang berdasarkan fitrahnya dan memaikan tugas utamanya sebagai manusia.

Seperti apakah manusia yang tumbuh dan berkembang sesuai dengan fitrahnya itu??
1.    Menurut Mahatma Gandhi, mampu membebaskan bangsa India dari cengkeraman Inggris tanpa kekerasan. “ kekuatan seperti yang saya miliki untuk berkarya dalam bidang politik bersumber dari latihan-latihanku di bidang ruhani,” ia menambahkan bahwa dalam bidang ruhani tersebut kebenaran merupakan azas yang tertinggi.
2.    Menurut Kung Fu Tzu, agar sebaiknya ia belajar memerintahkan dirinya sendiri terlebih dahulu sebelum memerintahkan orang lain.
3.    Menurut Alexsander Agung kepada Aristoteles, “ taklukkanlah dirimu sendiri sebelum menaklukan yang lain.”
Para tokoh ini dalam berkarya jauh dari pretense atau ambisi egoism. Lebih dari itu landasan kerjanya adalah kebenaran, cinta dan pengetahuan. Karena melalui landasan kerja yang demikian itu, kemampuan dan kecerdasan manusia dapat diaktualisasikan sepenuhnya. Sebagai orang tua berharap juga agar karya-karya anak-anak kita menentukan jalannya sejarah umat manusia, maka jalan yang ditempuh pun harus mengikuti fitrah tersebut.
Agama yang sesuai denga fitrah manusia,memahami ajaran islam,al quran dan sunnah,mengembangkan tema-temanya dan mengamalkannya.Sesungguhnya merupakan pendidikan itu sendiri yakni pendidikan untuk hidup dan mengaktualkan potensi kita sehingga manusia yang sempurna.Memahamkan ajaran islami kepada anak serta mendidik untuk mengamalkan ajaran-ajaran-Nya,akan mampumengembangkan,spiritual,intelektual dan moralnyasecara baik dan terintegrasi,atau seperti yang diharapkan islam itu sendiri,agar menjadi insan mutaqin.Ibaratnya kita adalah para penanam sementara anak-anak kita adalah benih dari pohon yang diharapkan akar-akarnya menghujam kebumi dan cabang-cabangnya menjulang ke langit.Karena itu,cara merawatnya agar benih tersebut tumbuh dan berkembang seperti yang diharapkan’ialah dengan jalan sepiritual’cinta dan pengetahuan.
    Tugas itu ialah dengan cara mencerdaskan anak-anak kita dan menumbuhkan kehidupan sepiritualnya dengan memiliki integrasi moral yang tinggi.Dimensi spiritual anak kita merupakan ekspresi dari peran sebagai hamba Allah’(abid) dan kecerdasan atau integrasi merupakan ekspresi dari peran sebagai khalifatullah di bumi.Karena sesungguhnya ,sepiritualitas dan integrasi adalah dua sisi dari keberadaan yang sama.

‘Memilihkan’ Cita-Cita
Mungkin terasa aneh jika kita bilang ‘memilihkan’ cita-cita untuk anak-anak.Karena orang tua dibilang otoriter dan sekaligus merampas hak-hak anak untuk menentukan masa depan nya.Akan tetapi bagi proses pencerdasan anak-anak kita,’memilihkan’ cita-cita adalah suatu yang diperbolehkan bahkan sangat dianjurkan.Hal ini merupakan upaya untuk mendorong dan menstimulasi anak-anak untuk belajar dan dekat dengan dunia ilmu.Kepolosan anak-anak ketka ditanya tentang cita-cita dan harapannya.Apa yang menarik adalah bahwa cita-cita tersebut mendominasi kegiatan dan permainan sehari-hari.Begitu juga ketika anak ingin jadi dokter maka terjadi  identifikasi diri yang dilakukan  dengan meniru gerak-gerik’tingkah laku dan pekerjaan utama dari tokoh idola.Serta setiap anak akan mengekspresikan fitrahnya yang suci dengan peran-peran baik yang diharapkannya.Dan cita-cita yang diidolakan memungkinkan untuk memeberi dorongan dan pembiasaan yang menjunjung proses belajar mereka.Beragam model idola kegiatan utamanya dekat dengan proses belajar anak-anak,ialah guru,profesor,atau ilmuwan dan tak jauh dari buku,membaca dan menulis atau “belajar”.Cita-cita bisa berubah seiring dengan kematangan kedewasaan.Transformasi ilmu jika anak-anak kita mengikuti dunia baca,sudah wajar jika imajinasi,pendapat dan pikirannya berkembang pesat karena “teman bermainnya” tak hanya teman sebaya tetapi pengarang dan penulis buku,berinteraksi dan menjalin komunikasi dengan Al-Khalik yakni Tuhan Yang Maha Penciptakan.Al-Quran memerintahkan agar manusia memperhatikan bagian-bagian alam semesta secara seksama.

Mengapa di kaitkan bahwa ulama itu pewaris Nabi? 
Al ulama waritsatul an biya’ulama itu pewaris nabi.Menyaksikan alam semesta jika tidak disertai dengan prestasi untuk menguasai atau memiliki,akan menerapkan keindahan murni yang menyegarkan hati dan pikiran.
Hal pertama yang perlu dikemukakan disini adalah kenyataan historis bahwa sewaktu beliau wafat,tidak ada satu kekayaan pun yang layak dan definitif untuk di wariskan  masuk perbendaharaan baitul mal.
Mewarisi warisan yang berupa ajaran tak lain adalah kemampuan untuk memahaminya dan inilah sesungguhnya akar kata ulama itu direvisikan.Ulama adalah pewaris nabi ,sesungguhnya sebuah tugas ,yakni tugas profetik,keajiban ulama untuk mengajar,memahamkan kepada umat islam agar mereka bisa memahami dan mengamalkan ajaran Al-Quran dan Sunnah.Dengan demikian ulamamerupakan sosok yang tugas-tugasnya begitu mulia,kepribadiannya luhur,cerdas dan aktivitasnya adalah intelektual,dakwah abhkan jihad itu sendiri.
Tentulah penting bagi kita untuk mengarahkan atau bahkan memilihkan cita-cita bagi anak kita untuk menjadi ulama.Cita-cita  memberikan dorongan dan pembiasaan yang menjunjung proses belajar,baik dengan guru,ulama atau ilmuwan ataupun dengan buku ,membaca dan menulis atau “belajar”
Mengekspresikan ide dalam tulisan sesungguhnya bukan hal ayng sulit,minat kebiasaan dan kemampauan menulis adalah modal besar untuk mencapai kesuksesan di masa depan.’Memilihkan cita-cita’hanyalahsebuah cara agar mereka giat blajar,dekat dengan buku dan pelajaran,kegiatan belajar haruslah dekat dengan dunia anak-anak,yakni dunia permainan.
Pertama,ketika anak telah memilih cita-cita atau idolanya sendiri dan hal itu kita pikir tidak mendukung proses  kegiatan belajarnya,maka berilah alternatif.
Kedua,ada baiknya kita menerangkan kegiatan apa saja,disamping kegiatan uatama,yang dilakukan sang idola sehingga bisa di tiru dan dilaksanakan anak kiat,seperti keharusan bangun pagi,hormat pada orang tua,sayang pada anak didik dan sebagainya.
Ketiga,jadikan kegiatan,perilaku sikap hidup dan sifat-sifat sang idola tersebut sebagai alat evaluasi harian bagi kegiatan dan perilaku anak kita,terutama jika mereka melakukan pelanggaran atau kegiatan yang tidak produktif.Karena itu ada baiknya jika kita mengedepankan tokoh-tokoh ilmuwan islam,dengan intelektualnya yang mengagumkan dan memiliki integritas moral dan sepiritual,sehingga proses penyesuaian antara dirinya dengan tokoh yang diidolakannya,dan dengan demikian secara intrinsik kita telh memberikan dorongan belajar serta penanaman moral yang sangat efektif kepada anak kita.
Kehidupan sehari-hari dan kegiatan para ilmuwan Muslim sehingga anak-anak kita memiliki acuan hidup sejak dini,sebelum pada akirnya setelah ia dewasa akan memutuskan untuk menjadi manusia yang di idamkan.

Memotifasi dengan Bijak
Apakah yang harus kita lakukan ketika menyaksikan anak-anak kita sendiri mogok belajar,murung malas sekolah dan tidak peduli pada semuanya,mungkin ada banyak faktor yang bisa menyebabkan anak kelihatan murung dan malas,yang pada gilirannya merusak prestasiya misalnya hilangnya motifasi untuk belajar.
Dalam krgiatan belajar ,sukses atau gagalnya seorang anak mencapai prestasi,tidak hanya ditentukan oleh kecerdasan semata,akan tetapi juga motifasi.Peranannya sangat khas dalam membangkitkan gairah ,rasa senang dan semanga untuk belajar .Menurut W.S Winkel,ada empat fungsi dari motifasi,yakni membangkitkan(arousal),harapan(expactacy),insentif(incentive) dan disiplin(disiplinary  function).
Ketika seorang anak telah kehilangan motifasi,maka tugas utamanya itu bisa sengaja di abaikan,tidak bertanggung jawab,prestasi merosot,tidak memiliki ambisi untuk selalumerebut prestasi,motifasi adalah yang menggerakkannya.

Interprentasi Psikologis
Mengapa anak tergantung “komentar”orang tua?

‘sumber energi utama’untuk merespon dan bertindak atas suatau hal.ketika seorang anak terjatuh,dan tentunya merasakan sakit,ia biasanya menatikan komentar orang tua.Pada dunia anak-anak,motifasi lahir tidak didasarkan pada hasil tetapi ketertarikan,mungkin tidak rasional dan mungkin susah dijelaskan.Untuk menghadapi persoalan tersebut tentunya kita harus tahu secara persis apa yang menjadi kendala kehilangan motifasi belajar atau bahkan sekedar untuk masuk sekolah.Cara yang paling sederhan tentulah kita dapat tanyakan hal tersebut secara terbuka padanyaJika ia mau menjawab secara jujur,tentunya masalahnya segera dapat diatasi bahkan pula diperlukan prsuasi dan langkah-langkah taktis ,agar kita mampu mengembaikan motifasi dan membangkitkan belajar anak-anak.
Betapa pentingnya dorongan atau motifasi yang di berikan orang tua kepada anak agar menjadi cerdas,dapat dilihat banyak kasus,misal pada Thomas Alfa Edison memiliki :lonceng kematian” dengan motifasi dan keyakinan yang luar biasa.komentar orang tua sangat besar artinya untuk memberikan motifasi kepada anak-anaknya.Apalagi jika anak itu sedang down mentalnya.Hal penting yang perlu kita kedepankan ketika menghadapi anak-anaak yang menghadapi kesulitan atau kegagalan ialah dengan menunjukan kesabaran yang luar biasa.Tidak setiap anak mampu memotifasi diri dengan baik.disinilah pentingnya orang tua mendampingi anak-anaknya,pada saat anak-anak tersebut sangat membutuhkan bimbingannya.Bentuk prndampingan yang efektif untuk memotifikasi adalah dengan jalan persuasi.Nasehat yang bijak,sangat banyak artinya untuk memotivasir atau mendorong seseorang melakukan kebijakan.Nasehat yang bijak ini pula yang digunakan rasulullah untuk mendorong umat-Nya berbuat kebajikan.
Komentar orang tua sangat di perlukan untuk anak-anak yang berprestasi.Bentuk pendampingan yang efektif untuk memotifasi adalah dengan jalan persuasi.Sanjunglah anak-anak kita betapapun kecilnya prestasi yang dibuatnya,terutama berkenaan dengan kegiatan belajarnya.Komentar-komentar yang menarik akan memberikan kemantaban bagi anak untuk melangkah.Mereka pun menjadi rajin belajar dan beribadah.Dalam masalah persuasi (pendekatan personal) kepada anak,kita diberikan cara yang sangat manusiawi dan lembut oleh Al-quran.”memanusiawikan”yakni menghampirinya ketika ia tersandung suatu masalah,dengan cara lemah lembut,siap mendengarkan komentar-komentarnya dsn menunjukkan pula kesiapan diri kita untuk membantunya.Hal ini akan memberikan respon balik yang positif pula,yakni anak tersebut akan mendengarkan kata dan menuruti ajakan atau tawaran yang kita berikan.
Pertama,ajaklah anak-anak kita kepada situasi yang baru,yang berbeda dengan suasana ataupun rutinitas sehari-hari.Misalnya mengunjungi tempat rekreasi,dimana dalam hal ini dapat membincangkan dan tukar fikiran mengenai kegiatan yang membosankan dengan teman /sejawat,dan mengetahui apa yang menjadi kepedulian kita,serta dapat secara tidak langsung menangkap makna dari pesan dan kesan terhadap dirinya tersebut.
Kedua,Sanjunglah anak-anak kita betapapun kecilnya prestasi yang dibuatnya,terutama berkenaan denga kegiatan belajarnya.Misalnya dikatakan”wah tulisannya bagus sekali ya!”atau”wah sudah lancar membaca,ya?”.Hal menarik yang patut dicatat disini adalah kepedulian orang tuanya sejak dini untuk memberikan dorongan untuk belajar secara intensif.Bentuk-bentuk sanjungan itu hendaknya mengekspresikan cinta dan kasih sayang kita kepadanya.Hal yang harus juga diketahui,bahwa anak-anak sering kali tidak mampu mengukur kemampuan atau menilai aktivitasnya sendiri.Sanjungan yangkita berikan atas kegiatan belajarnya menjadi motifasi baru untuk meneruskan kegiatannya secara lebih intensif,sehingga tumbuh ketertarikan baru dalam belajar dengan rajin dan semangat.
Tuhan menciptakan manusia dibumi ini sesungguhnya memiliki tujuan tertentu,yakni menjadi khalifah-Nya dan mengabdi kepada-Nya.Hanya orang cerdas dan beribadah kepada-Nya lah yang layak menjadi khalifah-Nya.anak-anak dengan kemurnian dirinya tentu tidak ingin dimasukkan ke neraka,sebalikknya ia ingin masuk surga,dan itu bisa di tempuh dengan cara rajin belajar dan menjadi anak yang shaleh.Anak-anak yang cerdas dan shaleh tidak hanya dibalasi dengan surga di Akhirat nanti’tetapi juga akan mendapatkan penghargaan,kemudahan dan sebagainya didunia ini,sekarang dan disini.
Ketiga,sekiranya semua usaha yang dilakukan itu belum embuahkan hasil dan anak-anak tetap murung dan malas belajar,maka kita perlu bersabar dan bahkan mengevaluasi diri kita sendiri.Ini tidak menyenangkan hatinya dan tidak membuatnya risau.Ada baiknya jika kita perlu bertanya kepadanya,tentang apa yang perlu kita lakukan agar anak kita bangkit kembali semangatnya.Sebaliknya kita tidak boleh mengeluarkan kata-kata umpatan memberikan penilaian yang buruk dan ancaman serta tekanan.

Membelajarkan dengan Cinta
Dunia anak-anak adalah dunia permainan.Mereka begitu suka bermain,mengambil peran dari tokoh-tokoh tertentu,karena asiknya mereka bermain sering kali mereka lupa terhadap kebutuhannya yang lain.Dengan permainan itu mereka bisa bersosialisasi,mengembangkan kemampuan berinteraksi dengan sesama dan saling menenggang rasa antar mereka,dan menjadi sarana yang efektif untuk mengembangkan imajinasi dan mengekspresikan diri.Permainan yang di maksudkan adalah permainan yang melibatkan sejumlah anak yang biasanya bersifat tradisional.Sedangkan permainan yang menggunakan sarana elektronik atau visual,tidak dapat dikategorikan dengan dunia permainan yang memiliki nilai positif.
Anak-anak akan melakukan atau mengerjakan sesuatu dengan sukarela dan semangat jika merasa  tertarik kepadanya.Jika tidak memiliki daya tarikterhadap mata pelajaran,tentu akan di hindari atau dikerjakan dengan rasa takut,hal ini tentunya proses belajar yang dilakukan tidak bisa maksmal.Pola-pola pendisiplinan yang keras,hanya cocok untuk hal-hal yang bersifat fisik,sedangkan dalam perkembangan dan pertumbuhan pemikiran yang terdapat dalam diri seseorang,termasuk anak-anak kita,memasyarakatkan adanya kebebasan dan cinta atau ketertarikan.Kiat-kiat khusus agar proses belajar anak-anak dapat berlangsung dalam suasana ketertarikan dan cinta sehingga mata pelajaran dapat dicecap secara maksimal dan akal pun menunjukkan kemampuannya yang mengagumkan.Cinta sangat penting dalam proses belajar anak,yakni cinta melahirkan energi yang luar biasa besarnya,cinta juga melahirkan memori dalam kadar yang sangat menakjubkan,cinta juga melahirkan kepekaan yang tinggi ,inspiratif dan kreatif.
Cinta mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu untuk memperoleh apa yang dicintainya.Dalam proses mencintai ini terdapa proses akselerasi dan ekalasi energi serta kemampuan yang luar biasa,yakni meningkatnya kepekaan dan memori sertaenergi.sesungguhnya(inner self)kita menangkap bentuk keinahan murni,sehingga menjadi aktual,tetapi bisa juga obyek-obyek yang bersifay alamiyah,fenomena dan dahkan noumena.

Interpretasi Konteks
Mengapa kesan prtama begitu penting?

Para ilmuwan dan bijaksanawan,menggeluti bidang-bidang sains ataupun ma’rifat,biasanya dari proses pengenalan awal yang menyenangkan.Kesan menyenangkan ini kemudian mempengaruhi imajinasi dan sistem kesadaran anak,sehingga ia terdorong untuk mengulangi dan bahkan mengintensifkan dengan obyek-obyek yang menyenangkan.Hasilnya adalah terbebtuk cinta yang murni,cinta murni ini bisa muncul dengan cara ”proses pengenalan pertama”yang menyenangkan.Peran guru yang pertama tak lain adalahibunya sendiri sangat menentukan.Perananya yang begitu besar dalam meningkatkan motifasi  dan energi pada anak dalam suatu bidang inilah maka ibu wajib “membelajarkan” anak-anaknya dengan jalan cinta.
Pertama,buatlah mata pelajaran di sekolah itu di cintai anak-anak kita,dengan cara menunjukkan penting dan kegunaan pelajaran tersebut dalam “dunia” permainan,yang memang menarik bagiannya.interaksi yang positif untik langkah-langkah berikutnya.Dalam kehidupan sehari-hari kita dan tentunya anak-anak sesungguhnya banyak sekali bersinggungan dan berinteraksi dengan berbagai obyek.Peran guru pertama yaitu ibulah yang menentukan ,apakah sesuatu itu menjadi minat anaknya atau tidak.Karena itu sangat penting bagi orang tua untuk memberi masukan tentang tentang obyek-obyek tertentu,dengan jalan memberikan interprentasi yang menarik kepadanya.Dari kesan yang menyenagkan itulah kemudian, kita berikan kepadanya arahan-arahan yang diperlukan sesuai perkembangan usia dan kebutuhannya tentang alat tersebut,dengan demikian tidak terjadi “penyalahgunaan”.Peranan ibu yang begitu besar dalam meningkatkan motifasi dan energi kepada anakdalam suatu bidang inilah maka ibu wajib ‘membelajarkan’ anak-anaknya dengan jalan cinta,dan memberikan kesan yang mengaktualkan kecenderungan anak sehingga potensi dan keunggulannya dapat optimal.Kesan yang menyenagkan bagi anaknya ,jika menekuni obyek-obyek tersebut.Mula-mula berusaha sendiri,lalu jatuh.....lalu berusaha berdiri lagi,lama-lama bisa berdiri tegak.
Kedua,berikanlah kisah-kisah tentang kesuksesan dan kehidupan yang dicapai seseorang,ketika ia menjadi pakar dari suatu bidang tertentu,seperti matematika,fisika dan sebagainya.
Ketiga,tunjukkanlah bahwa dewasa ini anak kecil bisa keliling dunia karena prestasi yang diraihnya dalam pelajaran,konsern terhadap anak-anak mengadaka berbagai lomba kecerdasan dengan menyediakan hadiah dalam jumlah yang besar,memberikan dorongan dan kesempatan yang luas bagi anak-anak sebayanya dengan sendirinya akan memicu dan mendorong baginya untuk lebih giat belajar dan menciptakan prestasi.











Tidak ada komentar:

Posting Komentar